Mengapa masyarakat Tiongkok tidak mau menerima teh celup?

Mengapa masyarakat Tiongkok tidak mau menerima teh celup?

Terutama karena budaya dan kebiasaan minum teh tradisional

Sebagai produsen utama teh, penjualan teh Tiongkok selalu didominasi oleh teh bubuk, dengan proporsi teh celup yang sangat rendah. Bahkan dengan peningkatan pasar yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, proporsinya tidak melebihi 5%. Kebanyakan orang percaya bahwa teh kantong setara dengan teh kualitas rendah.

Padahal, alasan utama terbentuknya konsep ini masih berupa kepercayaan yang melekat pada masyarakat. Dalam persepsi semua orang, teh adalah teh daun asli, sedangkan teh kantong sebagian besar terbuat dari teh pecah sebagai bahan bakunya.

kantong teh dengan tali

Di mata orang Tionghoa, teh pecah sama dengan sisa!

Dalam beberapa tahun terakhir, meski beberapa pabrikan dalam negeri telah bertransformasikantong tehs dan membuat teh celup gaya Cina menggunakan bahan daun mentah, Lipton memiliki pangsa pasar internasional tertinggi. Pada tahun 2013, Lipton secara khusus meluncurkan kantong teh berdesain tiga dimensi berbentuk segitiga yang dapat menampung daun mentah, namun hal ini pada akhirnya bukan tren utama di pasar pembuatan teh Tiongkok.

Budaya teh yang berusia ribuan tahun di Tiongkok telah mengakar kuat dalam pemahaman masyarakat Tiongkok tentang teh.

cangkir teh kaca

Bagi masyarakat Tionghoa, teh lebih seperti simbol budaya karena “mencicipi teh” lebih penting daripada “minum teh” di sini. Berbagai jenis teh memiliki cara mencicipi yang berbeda, dan warna, aroma, serta aromanya sangat penting. Misalnya, teh hijau menekankan pada apresiasi, sedangkan Pu'er menekankan pada sup. Semua hal yang dihargai oleh masyarakat Tiongkok ini adalah apa yang tidak dapat disediakan oleh teh kantong, dan teh kantong juga merupakan barang sekali pakai yang tidak tahan untuk diseduh berkali-kali. Ini lebih seperti minuman sederhana, apalagi teh warisan budaya.


Waktu posting: 25 Maret 2024